Nasional, Jakarta - Onghokham, sejarawan Indonesia, hari ini tepat sepuluh tahun wafat. Pada 3 September 2007 jenazah Onghokham dibawa ke tempat peristirahatan terakhir di krematorium Oasis Lestari di wilayah Bitung, Tangerang. Pada saat itu pula Onghokham terbaring tenang diselimuti bau harum dari hio yang terus menyala, dan dalam balutan kain twikim merah khas Tiongkok.
Baca: Wali Kota Kena OTT KPK, Warga Tegal Luapkan Kegembiraan
“Selama hidupnya, Onghokham tak pernah berhenti mencintai Indonesia. Ia banyak menulis tentang sejarah, terutama jejak kaum Hokkian di Indonesia. Para sahabatnya menuliskan sebuah kesan mendalam tentangnya dalam sebuah buku Onze Ong : Onghohkam dalam Kenangan,” demikian kalimat pembuka yang dituliskan oleh Irfantoni Listiyawan, blogger Indonesiana dalam tulisan berjudul Satu Dasawarsa Kepergian Onghokham, Sejarawan Par Excellence.
Blogger yang biasa menulis tentang sejarah ini merefleksikan perjalanan cinta tanah air Onghokham, dari lahir di Pasuruan pada 1 Mei 1933 hingga wafat pada 30 Agustus 2007. “ Ia mewariskan pemikirannya dalam tulisan di berbagai buku,” katanya.
Baca juga: Detik-detik Penangkapan Wali Kota Tegal Siti Mashita
Ia tidak hanya mahir dalam menceritakan perihal nenek moyangnya. Tapi juga gemar akan budaya Jawa dan kultur masyaraktnya yang mayoritas sebagai petani di pedesaan. Onghokham kerap membandingkan sistem kerajaan Jawa dengan sistem kerajan besar Eropa. Perihal sejarah tentang makanan pun tak luput dari perhatiannya. Semua kolom bertema sejarah tersebut seringkali ia tulis dalam harian Star Weekly dan majalah Tempo kala itu.
Selengkapnya baca di sini.
INDONESIANA| ISTIQOMATUL HAYATI