Gaya, JakartaStroke atau CVD (Cerrbro Vascular Disease) adalah gangguan fungsi otak secara mendadak, yang disebabkan karena kegagalan fungsi aliran darah otak.

Dengan kata lain, ada bagian otak yang tidak mendapatkan aliran darah, sehingga tidak ada pasokan oksigen dan gula. Padahal dua hal itu yang mutlak diperlukan oleh otak. Tanpa keduanya, terjadi gangguan fungsi otak.

Dokter spesialis bedah syaraf Bethsaida Hospitals, Roslan Yusni Hasan, mengatakan, stroke terjadi karena ada jaringan otak sedikit atau banyak yang tidak dialiri darah dan itu tidak dipasok oksigen.

"Jaringan otak tidak punya cadangan. Jadi, kalau dalam waktu 90 menit tidak dialiri darah, maka sel otaknya akan mati," kata Roslan dalam konferensi pers di Bethsaida Hospitals, Serpong, Tangerang, Selasa, 22 Agustus 2017.

Roslan menjelaskan, karena sifatbya yang muncul secara mendadak, gejala dan tanda serangan stroke timbul secara mendadak. Seperti mendadak tidak sadar, mendadak lumpuh separuh tubuh, mendadak kesulitan bicara, dan lainnya tergantung bagian otak mana yang terganggu.

"Bahkan, bukan tidak mungkin seseorang yang mengalami stroke mendadak berhenti bernafas, kalau pusat pernafasan di otaknya yang mengalami gangguan," ujarnya

Serangan stroke memang muncul secara mendadak. Namun, kata Roslan sebenarnya faktor-faktor penyebab terjadinya stroke sudah ada dalam tubuh penderitanya sejak lama.

"Faktor paling utama dan banyak menjadi penyebab stroke adalah diabetes melitus, gangguan jantung, tekanan darah tinggi, kekentalan darah karena kolesterol, faktor genetik seperti kekakuan pembuluh darah, dan stres," kata dia.

Untuk itu, Roslan menjelaskan, diagnosa yang cepat dan penatalaksanaan atau terapi yang cepat sangat dibutuhkan penderita stroke. "Tapi yang tidak kalah penting adalah promosi kesehatan tentang bagaimana pola hidup yang sehat agar menurunkan risiko dan deteksi dini untuk mengetahui faktor penyebab terjadinya serangan stroke".

Selain promosi kesehatan, cara mencegah stroke yakni dengan mencegah timbulnya sakit seperti dengan vaksinasi atau imunisasi dan melakukan pemeriksaan. "Mencegah terjadinya stroke jelas jauh lebih baik daripada mengobati--yang akan menguras banyak waktu, energi, serta biaya ," kata Roslan.

Roslan menjelaskan, kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran saat iin sudah menyediakan sarana dan metode dignosa untuk mengetahui kondisi otak dan pembuluh darah cerebral lebih akurat.

Selain, menggunakan metode konvensional seperti pemeriksaan darah yang lengkap dan medical check-up secara rutin, MRI (Magnetic Resonance Imaging) dan DSA (Digital Subtraction Angiography) adalah pemeriksaan penunjang yang bisa memberikan gambaran akurat dalam pemeriksaan kondisi otak dan pembuluh darah.

"DSA itu adalah tindakan untuk pencegahan bukan pengobatan. Tujuan DSA untuk mengetahui apakah ada kecenderungan untuk stroke," ujar Roslan.

AFRILIA SURYANIS