Bisnis, Jakarta - Analis Binaartha Securitas, Reza Priyambada, memprediksi kinerja PT Perusahaan Gas Negara Tbk dengan kode emiten PGAS dapat membaik di kuartal ketiga dan keempat. Hal tersebut seiring dengan normalnya jumlah permintaan dibarengi penyelesaian kontrak proyek infrastruktur penyaluran gas.
"Meski mengalami penurunan kinerja, masih dapat dianggap positif seiring dengan kemampuan PGAS yang masih dapat menghasilkan laba di tengah menurunnya volume penjualan," kata Reza, Jumat, 22 September 2017.
Menurut dia, saham PGAS berkaitan dengan sentimen bahwa pemerintah ingin harga gas sebagai bahan bakar pabrik dan rumah tangga yang lebih murah untuk rakyat dan industri. Padahal pemerintah memiliki 56,97 persen saham PGAS.
"Pengamat kebijakan publik, Agus Pambagio, menilai anjloknya saham BUMN Gas akibat aturan yang dikeluarkan pemerintah. Agus memberi contoh kenaikan harga gas hulu di Batam tapi PGN tidak boleh menaikkan harga gas di hilir," kata Reza.
Reza menilai pendapat Agus tersebut ada benarnya. Dia mengatakan bisnis PGAS terdiri atas kegiatan distribusi gas, penjualan migas, dan operasional lain. "Kontribusi terbesar dari kegiatan distribusi hingga 83 persen dari total pendapatan PGAS. Sehingga pendapatan PGAS bergantung pada besaran volume penjualan dan harga jual," ujarnya.
Dalam kinerja pada semester pertama 2017, tercatat pendapatan turun 1,94 persen dari US$ 1,44 di semester pertama 2016 menjadi US$ 1,41. Penurunan ini disebabkan oleh penurunan nilai distribusi gas hingga 7,95 persen di semester pertama 2017 secara year-on-year dan diikuti penurunan nilai transmisi gas.
Sementara itu, pendapatan dari hasil penjualan migas mengalami kenaikan selama periode semester pertama 2017. Dari sisi konsumsi memang terdapat penurunan volume permintaan atau konsumsi seiring dengan berkurangnya permintaan pendistribusian gas di sektor kelistrikan dan industri serta imbas libur panjang Lebaran.
"Dari sisi harga jual, PGAS sepanjang semester pertama 2017 menawarkan harga jual rata-rata US$ 8,59 per MMBtu. Sedangkan harga jual di akhir 2016 sebesar US$ 8,55 per MMBtu dan pada semester pertama 2016 sebesar US$8,42 per MMBtu," kata Reza.
Dengan demikian, harga jual gas hingga semester pertama 2017 hanya mengalami kenaikan 2,02 persen. Reza menilai kenaikan tipis tersebut kurang dapat mengompensasi berkurangnya pendapatan jika terjadi penurunan volume jual seperti yang terjadi di periode semester pertama 2017. Jadi wajar jika PGAS mengalami penurunan pendapatan tersebut. Begitupun hingga bottom line-nya yang juga mengalami penurunan.
HENDARTYO HANGGI