Gaya, Jakarta -Generasi milenial memiliki pilihan berbusana yang berbeda. Mereka umumnya suka unjuk diri. Menurut Natasha Putri Mentari, mahasiswi dari LaSalle College Indonesia, pilihan generasi milenial yang sangat dekat dengan dunia digitalisasi dan tidak pernah lepas dari kebutuhan internet atau media sosial.

"Generasi milenial yang terdiri dari orang-orang seperti aku memang suka unjuk diri. Dan itu terbukti dengan pilihan berbusana mereka. Dalam berbusana mereka suka unjuk diri sebagai ekssitensi," kata Natasha pada Rabu malam, 20 September 2017 di Jakarta.

Natasha merupakan salah satu mahasiswi yang ikut dalam gelaran Creative Week 2017, LaSalle College Indonesia di Kota Kasablanka, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu. Dia bersama mahasiswa lain kampusnya menampilkan kuliah akhir melalui pameran dan pagelaran mode yang menyajikan beragam rancangan untuk generasi milenial. Rancangan Natasha merupakan karya yang paling diminati dan meraih  penjualan terbesar.

Baca: Pria Juga Perlu Fashion Meski Tak Selengkap Wanita

"Melalui BUREAUCRAT label saya, menyajikan rancangan busana kantor atau mereka generasi milenial yang baru bekerja dengan pilihan busana yang mewakili statment diri yang suka berujuk diri," kata Natasha. Terinspirasi dari kata birokrasi, rancangan Natasha adalah busana kantor untuk geerasi masa kini. Harga rancagan mulai Rp 250 hingga Rp 650 ribu.

Melalui rancangannya, Natasha menghadirkan aneka busana kerja mulai kemeja, rok, blazer atau jaket yang sesuai dengan  gaya generasi milenial yang baru memasuki dunia kerja atau karier,

"Busana yang saya hadirkan adalah busana yang tidak melulu dengan gaya klasik busana kerja pada umumnya. Untuk kemeja saya menghadirkan gaya dengan bentuk fleksibel disesuaikan dengan selera generasi milenial yang simple, elegan dan tidak terkesan rumit. Pada rok atau blazer juga demikian," kata Natasha yang menggunakan bahan polyester, semi wol dan katun.

Menurut Haryadi Sukamdani yang merupakan Presiden Direktur PT Indotex LaSalle College International sejak 1997 mengatakan gelaran Creative Week 2017 merupakan ajang yang tak lepas dari eksistensi LaSalle College Jakarta yang selama lebih dari 20 tahun berkecimpung di dunia Indonesia, khususnya untuk menciptakan desainer-desainer lokal yang mampu bersaing di kancah internasional.

"Ajang ini memberikan kesempatan kepada mahasiswa di LaSalle untuk menampilkan karya mereka," kata Haryadi.(Baca: Haryadi Sukamdani: Perempuan Indonesia Itu Istimewa

Sementara Richard Kaunang, Direktur Program Fashion Business Lasalle Collage Jakarta mengatakan ajang Creative Week 2017 menampilkan karya para mahasiswa di kampusnya. Kemudian dengan fashion show yang merupakan hasil karya murid LaSalle Collage dari semester 3 dan semester 5. 

"Untuk yang level 5 mereka harus membuat enam desain, dan di situ diseleksi oleh gurunya mana yang bagus dan mana yang nggak, mana yang boleh tampil dan mana juga yang tidak," kata Richard. Dia juga menjelaskan gelaran ini juga mengahadirkan  program lain berupa  Interior Design dan pameran dan Furniture Bazaar.

Richard juga menuturkan di ajang tersebut menampilkan 10 booth dari para mahasiswa dan mahasiswi tingkat akhir LaSalle College Jakarta yang tergabung dalam Fashion Bazaar dari program Fashion Business.  Pada 10 booth ini menampilkan label 1000F, BUREAUCRAT, SABBA, LEONTINE, Minushea, acid bones, Attached, La voir, STILLHUMAN, Kagumi, dan juga dua booth yang terdiri dari tiga brand alumni Fashion Business, Retronym, Pastiche, The Art Club, serta satu booth dari alumni Fashion Desain yang terdiri dari empat desainer yaitu Cleanlines.
 
HADRIANI P.