Bisnis, Jakarta - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengantisipasi kemungkinan terjadinya krisis petani di Indonesia.  Sedikitnya ada empat strategi regenerasi petani yang diusulkan Kemeterian Pertanian.

Strategi pertama, petani harus move-on, tidak saja bekerja di on-farm tetapi bergerak ke off-farm atau sektor hilir. Hilirisasi akan menyerap jutaan tenaga petani dengan mengembangkan industrialisasi di pedesaan berbasis agro.

Baca juga: Jokowi Tantang Lulusan IPB Terjun ke Sawah Majukan Pertanian

Kedua, Kementan menganggap momentum ini tepat untuk melakukan modernisasi dan mekanisasi alat dan mesin pertanian dengan hemat tenaga kerja. “Teknologi mekanisasi membuat banyak generasi muda terjun ke sektor pertanian,” ujar Amran dalam siaran pers, Kamis, 21 September 2017.  

Selama tiga tahun terakhir Kementan telah menghasilkan 300 inovasi teknologi hortikultura, peternakan, perkebunan, maupun bidang pendukung lainnya, seperti bioteknologi, monitoring dan pemetaan komoditas pertanian, pemupukan, dan pasca panen pertanian.

Baca juga: Jokowi: Banyak Lulusan IPB Kerja di Perbankan, Siapa Jadi Petani?

Teknologi mekanisasi modern dikembangkan secara komprehensif, termasuk pengembangan kelembagaan produksi benihnya, baik swasta maupun kelompok tani. Untuk sektor hortikultura misalnya, Kementan telah menghasilkan inovasi teknologi mekanisasi yang terintegrasi mulai dari hulu ke hilir dan siap diterapkan di daerah sentra produksi.

Dengan pengembangan teknologi mekanisasi ini pun, kebutuhan
tenaga kerja dan modal akan lebih kecil dibandingkan pertanian konvensional. Untuk usaha tani padi, mekanisasi telah terbukti memangkas biaya produksi 30 hingga 50 persen. Biaya tanam yang biasanya membutuhkan Rp 2 juta, dengan menggunakan mekanisasi hanya membutuhkan Rp 1 juta.

Baca juga: Jokowi: Saatnya Pangan Menjadi Panglima, Bukan Politik..

Ketiga, peningkatan kapasitas sumber daya manusia dengan memenuhi standar kompetensi. Para pemuda tani dilatih menggunakan alat mesin, perbengkelan, jasa dan lainnya. Semakin banyak menggunakan mesin pertanian, semakin banyak juga kebutuhan tenaga kerja perbengkelan.

Keempat, memperkuat kelembagaan petani dengan mengembangkan program korporasi petani untuk mengintegrasikan pertanian dari hulu ke hilir. Korporasi petani merupakan paradigma baru dengan merangkul petani kecil dalam membentuk satu sistem agribisnis dari hulu ke hilir. “Pola pikir petani yang selama ini terfokus di budidaya atau on-farm diarahkan untuk masuk ke sektor hilir,” ujar Amran.

Baca juga: Jokowi Minta Kementerian dan Lembaga Mengantisipasi Kekeringan

Dalam program korporasi ini, Kementan akan memfasilitasi beberapa kelompok tani dan gabungan kelompok tani atau Gapoktan membentuk koperasi dengan pengelolaan modern dan berbasis teknologi informasi. Kementan telah mensurvei sejumlah daerah yang akan menjadi percontohan korporasi petani dan lokasi tersebut mencakup lahan seluas 4.000 hektar.

Setiap korporasi petani diharapkan dapat menggarap lahan seluas 4.000 hektar dengan sepenuhnya menggunakan teknologi mekanisasi. Proses bimbingan dan pendampingan telah dilakukan bagi 180 para manajer pemuda tani se-Indonesia sebagai champion generasi muda di masa mendatang.

HENDARTYO HANGGI