Nasional, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan jumlah pengungsi terus bertambah akibat meningkatnya aktivitas vulkanik Gunung Agung Siaga, Warga Zona Merah Masih Pantau Ternak

Jumlah pengungsi, menurut Sutopo, masih akan terus bertambah karena belum semua data dilaporkan ke Pusat Pengendalian Operasi Penanggulangan Bencana (Pusdalops) BPBD Bali.

Sebelumnya, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah meminta masyarakat di area terdampak bencana mengungsi. Ketua Ketua PVMBG Kasbani mengatakan area terdampak yang ditetapkan saat ini yaitu radius 6 kilometer dari kawah puncak Gunung Agung dan pada elevasi di atas 950 meter dari permukaan laut. “Wilayah tersebut harus kosong atau tidak ada aktivitas masyarakat karena berbahaya jika sewaktu-waktu gunung meletus,” ujarnya.

Aktivitas vulkanik Gunung Agung masih menunjukkan intensitas tinggi. Pos Pengamatan Gunung Agung pada Rabu, 20 September 2017, merekam 563 kali gempa vulkanik dalam dan delapan kali gempa dangkal. Lalu, pada Kamis, 21 September 2017, merekam 144 kali gempa vulkanik dalam dan 10 gempa dangkal. Status Gunung Agung masih ditetapkan Siaga (Level III).

Baca juga: Bali Siapkan Lokasi Pengungsian jika Gunung Agung Meletus

Sutopo mengatakan jumlah penduduk sebanyak 49.485 jiwa yang mendiami kawasan rawan bencana berasal dari enam desa di Kabupaten Karangasem, Bali. Keenam desa tersebut adalah Desa Jungutan dan Desa Buana Giri di Kecamatan Bebandem, Desa Sebudi Kecamatan Selat, Desa Besakih di Kecamatan Rendang,  Desa Dukuh dan Desa Ban di Kecamatan Kubu.

Menurut Sutopo, sebagian masyarakat mengungsi karena pengalaman masa lalu saat Gunung Agung meletus besar tahun 1963. Ia menyebut masyarakat setempat merasakan tanda-tanda yang sama dengan kejadian tahun 1963, yaitu gempa berulang kali. “Saat itu, letusan berlangsung hampir setahun lamanya, korban jiwa 1.148 orang dan korban luka 296 orang,” kata Sutopo.

FAJAR PEBRIANTO