Gaya, Jakarta - Pakar perencana keuangan Agustina Fitria Aryani mengatakan ada banyak cara menyiasati tingginya biaya pendidikan anak. Terlebih jika pasangan orang tua memiliki lebih dari satu anak dengan jenjang sekolah yang masih panjang.

"Ini perlu dipersiapkan dan disiasati dengan sangat baik," kata Agustina Fitria Aryani, Financial Planner Head dari OneShildt Financial Planning, di Jakarta, Selasa, 12/9.

Langkah-langkah tersbeut adalah:

1. Menentukan jalur sekolah

Orang tua perlu berdiskusi dan sepakat menentukan arah pendidikan anak. Apakah akan menempuh jalur sekolah formal atau homeschooling. Bagaimana  jenis kurikulum yang dipilih. Mau sekolah negeri atau swasta, swasta umum atau berdasarkan agama,dan sebagainya

2. Memahami komponen biaya

Setelah menentukan sekolah pilihan, perlu berhitung kemampuan untuk membayar biayanya. Jika jalur sekolah formal, maka terdapat komponen dana pendidikan, seperti uang pangkal atau uang gedung, SPP (bulanan/triwulan/semester), ekstrakurikuler, dan les di luar sekolah. Ini masih ditambah uang tahunan termasuk kegiatan, daftar ulang, buku, seragam.

Menurut Agustina, uang pangkal sekolah di Indonesia rata-rata mengalami kenaikan 2 kali lipat inflasi umum, atau sekitar 10-15 persen pertahun. Sedangkan SPP rata-rata naik sama dengan inflasi umum.

3. Membuat perencanaan dana pendidikan sampai S1

Katakanlah saat ini usia anak 8 tahun (kelas 2 SD), 6 tahun (TK B), dan 3 tahun (Kelompok Bermain). Orang tua perlu membuat perencanaan dana pendidikan sampai ke jenjang universitas. Artinya, ada kebutuhan uang pangkal, SPP, dan uang tahunan yang harus disiapkan untuk 3 orang anak sekaligus. Perencanana dibutuhkan, "Agar tidak membebani arus kas keluarga," tuturnya.

4, Menentukan prosentase pengelolaan arus kas keluarga.

Disarankan pembagian prosentase itu adalah: biaya hidup maksimal 60 persen, investasi 30 persen, dan hiburan 10 persen. Biaya hidup terdiri dari cicilan utang, premi asuransi, rumah tangga, transportasi, pengeluaran untuk anak, dan sosial.

"Jadi, komponen SPP anak dan uang tahunan masuk dalam kategori biaya hidup," kata Agustina.

Pengeluaran investasi meliputi biaya untuk persiapan pensiun, pendidikan/pengembangan diri, serta investasi untuk menyiapkan uang pangkal sekolah anak.

Sedangkan pengeluaran untuk hiburan sebesar 10 persen ditujukan untuk bersenang-senang sebagai salah satu cara menjaga keseimbangan hidup, misalnya untuk liburan, hobi, dan lain-lain.

Bgaaimana jika biaya pendidikan menyebabkanbiaya hidup menghabiskan lebih dari 60 persen penghasilan? Langkah antiispasinya adalah sebagai berikut:

5. Menentukan prioritas

Harus ada pengurangan biaya hidup yang kurang prioritas, misalnya, cicilan utang konsumtif, premi asuransi yang tidak tepat sasaran, memilih tempat belanja bulanan dengan harga yang murah, dan membiasakan makan di rumah.

6. Memilih satu jenis ekstrakurikuler/les non akademis.

Yang dipilih adalah yang benar-benar sesuai dengan bakat dan minat anak

7. Membiasakan anak membawa bekal makanan sehat dari rumah

Ini dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhannya selama di sekolah dan dalam perjalanan.

8. Selektif memilih jenjang pendidikan berikutnya

Untuk anak yang akan memasuki jenjang pendidikan berikutnya misalnya dari KB atau TK ke SD, perlu lebih cermat lagi memilih sekolah yang sesuai dengan kemampuan keuangan keluarga

9.Mengurangi anggaran pos lain

Jika orang tua sudah merasa sekolah tertentu sudah sangat cocok untuk semua jenjang pendidikan, sehingga anak tak perlu pindah, maka harus rela mengurangi porsi pengeluaran lain, misalnya pos untuk hiburan.

10. Hindari berhutang atau menggunakan kartu kredit

Pada dasarnya utang untuk membiayai pendidikan termasuk dalam utang konsumtif karena sifatnya yang tidak menambah aset atau harta. Maka bank atau lembaga keuangan akan menetapkan suku bunga yang tinggi.

"Lebih baik orang tua menyiapkan dana pendidikan anak-anak jauh hari sesuai dengan kemampuan daripada menambah beban keuangan keluarga dengan utang," kata Agustina.

ANTARA