Bisnis, Jakarta - Pemerintah menerapkan strategi sabuk pengaman dalam menghadapi penyakit Anthrax yang kerap menyerang sapi dan kambing dengan radius 10 kilometer dari sumber penyakit. “Kita vaksin dan obati," ujar Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita, di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Sabtu, 2 September 2017.

Strategi itu dilakukan untuk mencegah penyakit itu menyebar ke hewan ternak lainnya dalam radius tertentu. "Bisa aja sapi yang divaksin sudah ada spora sebelumnya. Nah tapi kalau sudah divaksin kan sudah terkendali," ujar Ketut.

Selanjutnya, pemerintah juga melakukan penutupan wilayah hingga daerah terkendali agar tidak terjadi lalu lintas, sehingga penyakit itu tidak menyebar ke daerah lainnya serta melakukan sosialisasi dan publikasi kepada masyarakat. "Untuk mengendalikan, jangan sampai masyarakat makan sapi sakit," kata Ketut. Pengendalian itu diperkirakan kondusif dalam waktu satu bulan.

Sebelumnya, Kementerian Pertanian mendapat laporan mengenai adanya dugaan hewan ternak terkena penyakit itu di Sulawesi. Setelah tim dikirim untuk memeriksa sampel empat ekor sapi yang mati itu, kata Ketut, didapati bahwa penyebabnya adalah penyakit Anthrax.

Akhirnya pemerintah menyikapinya dan membentuk tim. "Sudah melakukan vaksinasi di sana sebanyak 295 ekor sapi, kemudian dilakukan pengobatan pada 117 ekor sapi," ucap Ketut.

Ketut berujar biasanya Anthrax menyerang di awal musim hujan. Adapun penyebarannya adalah melalui spora yang berada di rumput. Spora-spora penyebab Anthrax yang tidak terkena sinar matahari berada di rumput.

“Rumput ini yang dimakan oleh sapi sehingga terjangkit" kata Ketut. Penjangkitan itu akan terjadi bila sebelumnya hewan ternak telah divaksinasi.

Kawasan yang tercatat sebagai daerah endemik Anthrax antara lain adalah Nusa Tenggara Timur, sebagian Jawa dan Sulawesi. "Yang masih terjadi dan banyak itu ya Sulawesi, NTT," ujar Ketut.

CAESAR AKBAR