Tekno, Florida - Astronot Badan Antariksa Amerika Serikat (NASA), Peggy Whitson, berhasil melakukan pendaratan di Kazakhstan, Sabtu, 2 September 2017. Dia kembali ke bumi setelah melakukan misi selama 665 hari di Stasiun Antariksa Internasional (ISS).

Whitson, 57 tahun, menjadi astronot Amerika pertama yang mencetak rekor melakukan misi terlama di ISS. "Saya merasa sangat luar biasa. Ini pekerjaan paling memuaskan yang pernah saya lakukan," kata Whitson, yang juga pakar biokimia, seperti dikutip dari laman berita Reuters, Sabtu, 2 September 2017.

Dia melakukan berbagai eksperimen di ISS, yang terbang di ketinggian 400 kilometer di atas bumi. Salah satunya adalah jaringan studi jaringan paru dan sel-sel tulang yang memiliki kanker. Selain itu, dia juga melakukan empat kali kegiatan di luar ISS. Sebelumnya, dua rekan Whitson telah kembali ke bumi pada tiga bulan lalu.

Whitson berangkat ke ISS setelah Rusia mengurangi staf ISS dari tiga menjadi dua kosmonaut. Dia kembali ke bumi bersama Jack Fisher dari NASA dan kosmonaut Rusia, Fyodor Yurchikhin. Wahana Soyuz milik Rusia mendarat di Kazakhstan pada 21.21 waktu setempat.

Baca: Astronot Ini Memotret Bumi dari Antariksa, Hasilnya Menakjubkan

Sebelumnya, Whitson juga memecahkan rekor Amerika dengan tinggal di ISS selama 534 hari pada April tahun lalu. Hanya tujuh pria Rusia yang mencatatkan waktu lebih lama, termasuk Gennady Padalka, pemegang rekor dunia selama 878 hari.

Whitson, yang tumbuh di satu kawasan pertanian di Iowa, mengatakan dia terinspirasi program Apollo Amerika ke bulan. Dia, yang menjadi astronot perempuan pertama, bergabung dengan NASA pada 1996. Dia juga menjadi perempuan pertama yang menjadi komandan stasiun antariksa dan non-pilot pertama yang bertugas sebagai kepala NASA Astronaut Corps.

"Hal yang paling banyak saya pikirkan adalah makanan-makanan yang ingin saya buat, sayur-sayuran yang ingin saya tumis, hal-hal yang saya lewatkan saat berada di ISS," kata Whitson.

ISS merupakan laboratorium riset pertama di dunia. Biaya pembangunannya mencapai US$ 100 miliar yang berasal dari gabungan beberapa negara.

Baca: Tas Astronot Neil Amstrong, Artefak Terakhir Misi NASA Apollo 11

Simak artikel menarik lainnya tentang astronot dan NASA hanya di kanal Tekno Tempo.co.

REUTERS | AMRI MAHBUB