Otomotif, Jakarta - Meski memimpin pasar mobil Tanah Air, PT Toyota Astra Motor tak pernah bersantai-santai. Penelitian dan pemahaman terhadap pasar Indonesia terus dilakukan. Tantangan semakin berat karena kompetitor juga berlomba-lomba menciptakan mobil dengan harga terjangkau.

Yang terbaru, rencana pemerintah mengembangkan mobil hibrida dan listrik menjadi perhatian para produsen otomotif. “Kalau kami tidak berinovasi, bisa kehilangan pasar,” kata Vice President PT Toyota Astra Motor, Henry Tanoto.

Baca: Toyota Harap C-HR Jadi Tonggak Sejarah Mobil Hibrida di Indonesia

Henry mengungkapkan pandangannya mengenai mobil listrik kepada Andi Ibnu dan Wawan Priyanto dari Tempo, di kantornya, Sunter, Jakarta Utara, Selasa, 29 Agustus 2017. Ia juga berbicara tentang prospek pasar mobil di tengah perekonomian yang sedang stagnan.

Pemerintah merencanakan skema low carbon emission vehicle, bagaimana pandangan Anda?

Kalau kita lihat di negara yang sudah banyak mobil hibridanya, ada banyak kerja sama antara industri dan pemerintah. Maka, harapan kami, perlu ada suatu dorongan pemerintah yang memungkinkan mobil hibrida bisa diterima dan dijangkau oleh masyarakat yang lebih luas.

Simak: Camry Dominasi Penjualan Hybrid Toyota di Indonesia

Artinya, tanpa insentif pemerintah, harganya tak akan terjangkau?

Ha-ha-ha. Ya, kalau dibandingkan dengan model-model yang sudah ada, harganya pasti relatif lebih tinggilah.

Mobil hibrida atau listrik, mana yang lebih mungkin diterapkan?

Kalau kita bicara mana yang lebih mudah antara mobil hibrida dan elektrik ini sebenarnya pada dasarnya ada di infrastruktur. Kalau di listrik kan perlu diperhitungkan infrastruktur tempat mengisi ulang tenaga. Kalau hibrida kan tidak butuh.

Membayangkan tempat pengisian mobil listrik ada di tempat umum, apa nanti masyarakat tidak berebut?

Kalau Anda mikir masa depan dengan gambaran keadaan sekarang, ya pasti terbayang seperti itu. Saya yakin, kalau sudah ada kepastian, pemerintah dan industri pasti bisa mengatasinya. Kalau kita lihat negara lain yang sudah menetapkan tahun 2030 atau 2040 stop penjualan mobil bensin, berarti mereka sudah menyiapkan konsep mendalam sejak jauh hari.

Jadi, begitu skema LCEV rampung, produk CHR dan Mirai akan menyusul Voxy untuk dipasarkan?

Jangan berandai-andailah. Kita tunggu saja kepastian regulasinya. Yang pasti, komunikasi industri dengan pemerintah soal skema ini terus berjalan. Hanya, saya belum bisa memberikan informasinya.

Di tengah stagnasi pertumbuhan ekonomi, bagaimana penjualan mobil sampai saat ini?

Secara umum pertumbuhan ekonomi dan penjualan mobil memang berkorelasi cukup baik. Kalau saya bilang lesu, kok enggak juga. Tapi kalau dibilang bergairah, juga tidak. GDP masih bagus di kisaran 5 persen. Penjualan mobil tumbuh 4 persen. Kalau Toyota, penjualan tumbuh 14 persen dengan 226.906 unit. Dari banyak faktor penjualan mobil kan tidak lepas dari kredit. Lembaga keuangan kan lebih berhati-hati pada rasio kredit macet.

Kompetitor potensial terus muncul dan menawarkan harga terjangkau, apa strategi Anda?

Yang saya takutkan itu bukan kompetitor, tapi kalau produk saya sudah tak sesuai lagi dengan keinginan masyarakat. Makanya, analisis pasar kami lakukan terus-menerus. Selain produk, layanan kami sudah ada di 304 titik dan menyentuh level kabupaten. Kalau ngomongin sejarah Kijang sejak 1977, sudah terjual 1,7 juta unit. Kami tidak fokus ke pembeli baru saja, tapi juga ke pembeli yang sudah ada sejak dulu dengan berbagai penyesuaian yang cocok.

Segmen apa yang bakal menjadi pilar Toyota dalam waktu dekat?

Multi-purpose vehicle tujuh kursi masih mendominasi 60 persen lebih pasar. MPV kami (Toyota Avanza, Agya) 42 persen di pasar. Sport utility vehicle (Rush dan Fortuner) belakangan naik, tapi stabil di angka 20 persen. Dua segmen ini yang masih bakal dominan.

Apa rahasianya harga mobil Toyota bekas tetap tinggi?

Banyak faktornya. Pelanggan sudah banyak merasakan layanan dan produk kami sejak dulu. Coba lihat Toyota Avanza, muat banyak, awet, suku cadang mudah diperoleh, bengkel mudah ditemukan, itu yang membuat kepercayaan untuk membeli mobil ini walaupun bekas tetap tinggi. Intinya, produk sudah terbukti kualitasnya.

Pemerintah sedang membangun banyak sekali infrastruktur dan moda transportasi umum, apa tidak akan menghalangi industri mobil?

Tidak juga. Kalau mobil, coba lihat di negara maju. Mereka sudah pernah membangun infrastruktur dan transportasi umum kayak kita. Tapi angka penjualan mobilnya tidak turun, malah naik. Apalagi di Indonesia, kalau ngomongin jumlah mobil per populasi, masih rendah. Rasio kepemilikan mobil Indonesia masih 80. Kalau Thailand sudah 200. Bahkan di Malaysia lebih tinggi lagi di angka 400.