Metro, Depok - Ketua Yayasan Sahabat Ciliwung Hidayat Al Ramdani mengatakan tingkat kerusakan yang terjadi sepanjang daerah aliran Sungai Ciliwung mencapai 90 persen. Kerusakan ini terjadi mulai dari hulu di Gunung Pangrango, Kabupaten Bogor sampai muara di Jakarta Utara.

"Penilaian ini  didapatkan saat melakukan sensus Ekspedisi Papanjala,"  kata Hidayat di Srengseng Sawah, Jakarta Selatan, pada Minggu 3 September 2017.

Baca juga: KLHK: Sampah Dibuang ke Sungai Ciliwung 7 Ribu Ton Setiap Hari

Menurut Hidayat, data ini berbeda dengan data yang dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang menyebutkan kerusakan Sungai Ciliwung sebesar 73 persen.

Kehancuran yang terjadi di Ciliwung karena banyak betonisasi sehingga merusak ekosistem. "Telapak kaki Sungai Ciliwung hilang karena dibeton di Ancol, padahal sungai harus bersentuhan langsung dengan laut," katanya.  

Pada mata air di Gunung Pangrango, kata Hidayat, terjadi perubahan struktur hutan dari hutan lindung, hutan tutupan, dan hutan komersial membuat kualitas Ciliwung menurun. Hutan tutupan sudah banyak beralih fungsi jadi hutan komersial.

Hidayat khawatir dengan  Permenhut No 39 tahun 2017 tentang Perhutanan Sosial di Wilayah Kerja Perum Perhutani. "Tidak ada kebijakan itu saja hutan kita sudah hancur-hancuran, apalagi kalau korporasi mendapat izin mengelola hutan maka mata air bisa kering," katanya.

Menurut Hidayat, kalau masyarakat yang mendapat izin mengelola hutan paling banyak bisa mengelola satu sampai dua hektare. Kalau korporasi yang mendapat izin mengelola hutan bisa diubah semua jadi kebun kelapa sawit.

"Contoh Sungai Citarik yang sudah kering karena di kiri dan kanannya ditanami sawit," ujarnya.

Pencemaran yang terjadi di Ciliwung, kata Hidayat, terjadi karena vegetasi tanaman yang berubah menjadi bangunan. Kualitas air Ciliwung khususnya di Depok makin menurun karena banyak pabrik tahu di bantaran yang dibimbing oleh dinas terkait mengenai pengelolaan limbah.

"Masyarakat juga masih berpikir bahwa sungai adalah tempat pembuangan sampah terpanjang," katanya.

Semenjak kehancuran ekosistem di Ciliwung, banyak spesies endemik yang mulai hilang. Sebelumnya terdapat sekitar 182 jenis ikan yang hidup di Ciliwung.

Sekarang, katanya,  hanya terdapat 16 jenis terdata. Pihaknya mencoba membudidayakan kembali 6 jenis ikan yang ditemukan.

IRSYAN HASYIM