Bisnis, Jakarta - Konflik geopolitik yang terjadi di Semenanjung Korea diprediksi bakal memicu penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Bulan Agustus – September diprediksi sebagai puncak turunnya saham IHSG karena ketegangan antara Korea Utara dengan Amerika Serikat yang semakin meningkat.

“Selain adanya ketegangan di Semenanjung Korea, konflik di Myanmar juga menjadi salah satu faktor penyebab turunnya IHSG di Asia,” ujar Bhima Yudistira Adhinegara, pengamat ekonomi dan saham Institute For Develompent of Economics and Finance,  Ahad, 3 September 2017.

Bhima menambahkan krisis di Qatar dan bencana badai yang terjadi di Amerika ikut mempengaruhi penurunan harga saham. Menurutnya, badai yang terjadi di Amerika menyebabkan produksi minyak di negara tersebut menurun, sehingga menyebabkan negara Abang Sam tersebut harus mengekspor minyak dari negara lain. Hal ini yang menyebabkan harga minyak naik.

Selain karena faktor eksternal, faktor internal juga ikut memengaruhi risiko turunnya IHSG. “Tahun 2018 itu gaduh politik, para investor akan mencari aman dengan menarik saham dan invest ke bursa saham Amerika,” ujarnya.

Bhima berpendapat menjelang tahun 2018, masyarakat akan lebih memilih menanam saham di bidang yang lain, seperti misalnya menanam saham di bank dan emas. Hal ini terbukti dengan meningkatnya jumlah tabungan sebesar 11 persen. “Masyarakat mulai berjaga-jaga. Ada ketakutan harga emas naik,” ujarnya.

Namun di tengah isu risiko turunnya IHSG, pemerintah tetap optimistis akan terjadi kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,4 persen. “Saya prediksi tidak akan sampai segitu. Prediksi saya paling sekitar 5,2 persen,” ujar Bhima.

JULNIS FIRMANSYAH