Bisnis, Jakarta - Kepala Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, Triawan Munaf menyebutkan produk kreatif Indonesia kesulitan menembus pasar Korea Selatan. Kesulitan itu terjadi karena pasar Korea yang tertutup dan karena masyarakat Korea sangat mencintai prouduk dalam negeri mereka.

“Negosiasi agak sulit karena Korea pasarnya tertutup. Mereka sangat menghargai produknya sendiri. Nilai itu sebenarnya yang juga kami inginkan ada di Indonesia,” kata dia saat acara Korea Content Expo 2017, di Jakarta International Expo,  Kemayoran, Sabtu, 2 September 2017.

Meski begitu, Triawan mengatakan saat ini pemerintah terus mendorong agar produk industri Indonesia dapat masuk ke Korea Selatan. Ia telah meminta secara khusus agar Korea mau membuka pasar untuk barang-barang dari Indonesia.

Triawan mengaku dirinya pernah bernegosiasi dengan pihak Korea. “Saya bilang okelah kami buka pasar Indonesia Untuk Korea. Tapi saya juga minta agar ke depannya ada kerjasama, agar produk ekonomi kreatif Indonesia seperti animasi, komik, acara televisi Indonesia bisa masuk ke pasar Korea.”

Pemerintah Korea juga diminta agar mau membantu pengembangan ekonomi kreatif di Indonesia untuk menjawab kebutuhan pasar yang ada di negara ginseng tersebut. Lebih lanjut, ia ingin agar industri kreatif Indonesia dapat mencontoh industri serupa di Korea yang memiliki strategi pemasaran jitu.

“Tadi saya coba produk game asal Korea. Game itu sama sekali tidak keliatan bahwa itu produk Korea. Produknya sangat univesal. Kita juga harus buat game yang universal untuk menarik penggemar game dari luar negeri,” kata dia.

Triawan mengatakan industri kreatif Indonesia memiliki potensi yang cukup besar. Potensi itu, kata dia, dapat dilihat dari nilai ekspor produk kreatif yang terus meningkat. Nilai ekspor industri kreatif Indonesia pada pada 2016 mencapai Rp 250 triliun atau sekitar 13 persen dari total ekspor Indonesia.

ROSSENO AJI NUGROHO