Gaya, Jakarta -Penulis buku Tere Liye memutus kontrak penerbitan Fungsi Teman Saat Terpuruk, Belajar dari Kasus Jessica Wongso

Tapi cerita lain datang dari penulis sekaligus penerbit buku #sayabelajarhidup, Dian Andryanto. Dalam tiga bulan sejak diluncurkan paket pertama buku #sayabelajarhidup "Empati", "Simpati", "Harmoni" sekitar 90 persen terjual. Begitupun untuk paket buku kedua buku #sayabelajarhidup "Matur Suksma" dan "Simfoni" hampir 97 persen terjual dalam rentang tiga bulan sejak diluncurkan.

Apa rahasia keberhasilannya menerbitkan buku sendiri? Yang jelas, topik buku yang diambil dari cuplikan-cuplikan status Facebooknya ini sepertinya menjadi magnet karena dekat dengan keseharian para pembacanya. "Pertama, saya menulis berbagai tema mulai sosial hingga politik,seni dan budaya sesuai minat. Namun, seiring waktu saya lebih banyak menulis dengan tema-tema sosial dalam bungkus kisah human interest terhadap apa yang saya lihat dan dengar," katanya kepada Tempo.co Minggu 10 September 2017.

Pada Desember 2015 tiga bukunya sekaligus diterbitkan. Yaitu #sayabelajarhidup "Empati", "Simpati", "Harmoni", saat itu diluncurkan di Museum Layang Layang, Pondok Labu, Jakarta Selatan, disusul pada September 2016 diterbitkan #sayabelajarhidup "Matur Suksma" yang menceritakan inspirasi dalam perjalanan 8 harinya di Bali diluncurkan di Artini Resort, Ubud, Bali kemudian pada Desember 2016 buku kelima #sayabelajarhidup "Simfoni" diluncurkan di Museum Nasional, Jakarta.

Buku-buku ini kemudian diserap komunitas #sayabelajarhidup yang berada di berbagai daerah di Indonesia dari Jakarta hingga Tembagapura, dari Pramulih sampai Bulungan, hingga mancanegara, Malaysia, Singapura, Taiwan, Hong Kong, Amerika Serikat, Inggris, Belanda, Korea, Australia hingga Nairobi, Kenya. Baca:Kapan Harus ke UGD? Simak Cirinya pada 3 Penyakit Ini

"Keajaiban media sosial yang lintas batas ini memberikan kontribusi yang besar terhadap terserapnya buku-buku #sayabelajarhidup, " kata Dian.

Selanjutnya: Keuntungan menerbitkan buku sendiri