Bisnis, Jakarta - Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness, Eric Alexander Sugandi, memperkirakan neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2017 mampu surplus, meski tak besar. Neraca perdagangan diprediksi surplus US$ 0,1 miliar," ujarnya saat dihubungi, Sabtu, 2 September 2017.

Neraca perdagangan pada Juli 2017 tercatat mengalami defisit US$ 0,27 miliar. Meski defisit, Eric mengatakan impor mampu tumbuh karena pertumbuhan ekonomi.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor barang modal meningkat 62,57 persen (month to month) menjadi US$ 2,36 miliar. Sementara impor bahan baku/penolong meningkat 40,79 persen (month to month) menjadi US$ 10,43 miliar. Total impor pada periode tersebut sebesar US$ 13,89 miliar.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adinegara menilai defisit neraca perdagangan dengan pertumbuhan impor bahan baku dan modal pada Juni merupakan pertanda baik. "Karena itu tandanya industri manufaktur dan pengolahan mulai ekspansi," ujarnya. Dengan indikator tersebut, Bhima memprediksi industri manufaktur di kuartal III dan IV ini bisa tumbuh 5 persen.

Terkait dengan ekspor, Bhima mengatakan permintaan global semakin membaik, terutama dari Amerika, Cina, dan Jepang. Negara alternatif seperti India, Pakistan, dan Afrika Selatan juga sudah mulai menunjukkan peningkatan permintaan, terutama terhadap komoditas primer. Menurut Bhima, ekspor akan menjadi salah satu andalan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi tahun depan.

Total ekspor pada Juli 2017 sebesar US$ 13,62 miliar. Kinerja ekspor Indonesia mengalami kenaikan sebesar 16,83 persen dibandingkan Juni 2017. Namun, nilai ekspornya lebih kecil jika dibandingkan posisi Mei dan Maret 2017. 

 

VINDRY FLORENTIN