Seleb, Jakarta -Jakarta-Kepergian pelukis I Nyoman Gunarsa mengingatkan pada museum seni lukis Bali klasik yang didirikannya. Museum tersebut menampung banyak karya lukis Bali klasik.

baca: I Nyoman Gunarsa Berpulang karena Sakit Jantung

I Nyoman Gunarsa sempat mengungkapkan beberapa waktu lalu, museum yang ia bangun sejak 1990 itu merupakan miniatur Bali dalam karya seni klasik.

Kurator pameran, Bambang Bujono mengungkapkan keberadaan museum seni lukis Bali Klasik Nyoman Gunarsa penting sekali. Belakangan, Nyoman Guanrsa sempat berupaya untuk mencari donatur agar museum bisa terus bertahan. “Ia sosok tanpa pamrih. Pernah ada orang asing yang ingn membeli museumnya ini dengan harga tinggi. Kalau nanti sampai dibeli bisa celaka,” tutur Bambang kepada Tempo, Ahad 10 September 2017.

Menurut Bambang sudah seharusnya pemerintah segera ambil sikap agar museum penting ini bisa terus dikelola dengan baik meski Nyoman Gunarsa sudah tak ada.

I Nyoman Gunarsa adalah salah satu pelukis yang memiliki gurat garis lukis seperti Affandi. Jejak karyanya berangkat dari Affandi lantas ia melepas diri dan berfokus terhadap gaya lukis motif-motif, ornamen, tari, khas masyarakat Bali.

Ada dua museum yang dibangun oleh Nyoman Gunarsa. Pertama,  Museum Seni Lukis Kontemporer Nyoman Gunarsa terletak di di Sleman, Yogyakarta. Di sana ia menyimpan koleksi lukisan kontemporer tanah air. Di museum terdapat ruang untuk pameran sementara, diskusi, seta latihan dan penyelenggaraan berbagai kegiatan seni.

Sementara museum di Klungkung, kampung halamannya, dibangun untuk menyelematkan banyak karya seni rupa klasik Klungkung. Museum ini mengoleksi lukisan klasik Bali dan lukisan modern karya seniman Bali.

Terdapat kurang lebih 250 koleksi yang terkumpul di dalamnya. Semua karya-karya yang tersimpan di museum asli dan berasal dari semua kabupaten di Bali dengan ciri khas masing-masing.

Museum terdiri dari tiga lantai yakni dua lantai untuk menyimpan berbagai koleksi kesenian lukisan, patung, maupun barang antik khas Bali, serta satu lantai dikhususkan untuk menggelar pameran secara berkala.  

Bambang menuturkan, pernah satu waktu Nyoman Gunarsa menemukan sebuah lukisan yang dilukis langsung di sebuah dinding rumah. “Dia menyuruh orang menggergaji tembok rumah itu lantas diangkut ke museumnya,” tutur Bambang.

I Nyoman Gunarsa pun sempat berencana mendaftarkan museum seni lukis klasik Bali yang dibangunnya ke UNESCO. Kepada organisasi pendidikan, keilmuan, dan kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa itu, Gunarsa mengusulkan museumnya menjadi salah satu warisan budaya dunia berupa benda.

Awal Agustus lalu, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo sempat berkunjung ke museum tersebut. Dalam kunjungannya, Joko Widodo mengungkapkan pentingnya keberadaan museum tersebut sebagai salah satu aset bangsa. Ia mengatakan siapa pun yang datang ke Bali pasti akan merasakan bahwa seni adalah roh dari kehidupan masyarakat Bali.

Ahad siang tadi, maestro seni lukis Bali Dr (HC) I Nyoman Gunarsa tutup usia pada 73 tahun. Ia meninggal di tengah perawatan intensif di ruang wing Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah, Denpasar.

 

AISHA SHAIDRA | ROFIQI HASAN| AMIRULLAH SUHADA