Nasional, Jakarta - Peristiwa penyerangan terhadap penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi Novel Baswedan terjadi lima bulan lalu, namun polisi belum juga menemukan pelakunya. Polisi beralasan masih kesulitan dalam menyesuaikan sketsa dan keterangan saksi.

"Di antara para saksi, dalam kesempatan yang sama, memiliki penggambaran yang berbeda terhadap sosok yang digambarkan di depan penyidik yang kemudian dituangkan dalam sketsa wajah," kata Direktur Reserse Kriminal Umum Komisaris Besar Nico Afinta kepada Tempo pada Senin, 11 September 2017.

Baca : Mengapa Polisi Tak Umumkan Sketsa Kedua Penyerang Novel Baswedan

Menurut dia, deskripsi yang berbeda-beda dari para saksi itu menyulitkan mereka dalam menemukan dalang di balik penyiraman air keras tersebut. "Sampai saat ini, beberapa sketsa wajah yg dihasilkan dari para saksi masih harus didalami," kata Nico.

Novel Baswedan disiram air keras saat perjalanan pulang ke rumah seusai salat Subuh di masjid dekat rumahnya pada 11 April 2017. Pelaku penyiraman diketahui berboncengan menggunakan sepeda motor.

Baca : Novel Baswedan Cemas Polisi Bertahan pada Kesimpulan yang Salah

Polisi sempat memeriksa tiga orang yang diduga sebagai pelaku berdasarkan foto dan keterangan tetangga. Mereka diperiksa karena dicurigai pernah mengintai rumah Novel. Namun mereka dibebaskan karena dianggap memiliki alibi yang kuat.

Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Argo Yuwono mengatakan penyelidikan kasus penyerangan terhadap Novel tetap berjalan dan rutin dievaluasi. Perkembangan terakhir, polisi sudah memeriksa saksi yang pertama kali menemukan cangkir untuk menyiram air keras ke wajah Novel.

Lambatnya pengungkapan kasus ini membuat koalisi masyarakat mendorong agar Presiden Joko Widodo segera membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) kasus penyerangan Novel Baswedan. TGPF diharapkan mampu membantu penyelidikan terhadap kasus ini.

ZARA AMELIA